Cause You’re My Bestfriend


cause you're my bestfriend

Wanita itu tidak buta. Matanya bahkan terlalu berfungsi dengan baik. Bohong memang jika ia mengatakan dirinya baik-baik saja. Mungkin sebelumnya dia memang harus berguru pada Lee Donghae sebelumnya. Dan jika saja ia mendengarkan apa yang pria berkaki pendek itu bicarakan, dirinya pasti tidak akan seperti ini sekarang. Ingatannya kembali berputar dimenit 30, dimana tanpa ada rasa bersalah wanita itu mengadu. Tidakkah ia berfikir jika ia memiliki nyali besar untuk menerangkan semua? Oh apakah dia memang benar-benar berada dipihak sang sahabat saat itu? Lalu memikirkan perasaannya?

“Pria itu.. dia menyatakan perasaannya padaku, dia yang kau cintai juga mencintaiku.. haruskah kami mulai berpacaran?”

Sung Hye menekan dadanya kuat, perasaan perih itu tak dapat ia hendari. Fakta penantiannya selama ini ternyata hanyalah harapan kosong. Cara pendekatan yang ia gunakan bahkan hanya bermuara pada rasa benci pria itu padanya. Jangan katakan jika dirinya jelek? Oke memang untuk masalah ini, dirinya tidak mengakui jika ia cantik. Tapi hanya satu yang saat itu berada dipikiran seorang Min Sung Hye,

“Jika mungkin kau bahagia bersamanya, maka terimalah. Bagiku kebahagiaannya tidaklah menjadikannya milikku, aku tahu kami berbeda. Dan kami tidak serasi” bodoh. Sekarang dirinya menyesali semua ucapannya. Haruskah masa-masa dimana dia akan berada dititik dasar akan segera dimulai? Sekuat tenaga ia mencoba untuk tak menangis. Dia tak ingin terlihat lemah. Dirinya bukan wanita yang begitu mudah menangisi seorang laki-laki hanya karena dia cinta pertamanya. Untuk satu hal ini. Dia sekarang benci dengan angka satu? Semua hal yang menjadi urutan pertama mengapa begitu berkenang untuknya? Dan diakhirnya selalu menjadi hal yang paling menyesakkan. Aku baik-baik saja. Jika kereta saja memiliki banyak gerbong, mengapa dirinya harus tetap berada disatu gerbong. Wanita itu ingin menjelajahi gerbong yang lain untuk bisa merasakan seperti apa itu berpijak digerbong yang sebelumnya tak pernah ia jamah. Pikirannya mulai kembali dimasa-masa ia mulai mengenal pria itu.

Dia bukan pria populer. Dia bukan seorang pengusaha, dia bukan juga seorang yang tampan. Hanya saja dia berbeda dari yang lain. Saat semua orang mengagumi seorang Choi Siwon karena kekayaan yang ia miliki. Sung Hye lebih tertarik untuk mengagumi cara tersenyum pria pemakai topi terbalik itu. Dia bahkan rela membolos dari jam kuliahnya hanya untuk melihat pria itu datang ke kampus. Lalu menjadi stalker nya selama beberapa jam. Ini dimulai saat Sung Hye ingin pergi membeli makanan di Canteen depan, dia tidak biasa pergi kesana, tapi hari itu teman-temannya mengajaknya untuk pergi. Alunan musik piano seolah membangkitkan semua kenangan indah. Saat teman-temannya mulai berjalan pergi mengisi perut mereka yang meraung. Sung Hye berdiri kaku mengintip pria pemakai topi kebelakang itu bermain piano. Alunan tuts nada yang harmonis, seolah menjadikannya pelengkap cinta pada pandangan pertamanya. Dia terpesona pada punggung pria itu. Terasa damai.

“Kau tak ingin pergi makan? Ini sudah waktunya jam makan..”

Pria itu memiliki suara yang merdu ditelinga Sung Hye, dan jemari lentiknya saat memainkan tuts tuts piano terdengar begitu damai dan anggung ditelinganya. Ia memegang dadanya kuat seolah mengatakan disana, jika ia sama sekali tak pernah tertarik dengan pria itu. Dia bukan pria yang baik, bukan pria yang baik. Egonya memang mengatakan jika ia tak tertarik sama sekali dengan pria itu. Tapi bagaimana dengan hati dan jantungnya? Hatinya terasa perih sekarang.

Fakta baru tela ia telan. Pria yang sempat ia nantikan akan menjadi miliknya kini memiliki perasaan terhadap sahabatnya sendiri. Sahabat yang selama ini ia kagumi dan menjadikannya role model untuk berguru, bagaimana menjadi seorang wanita yang anggun dan tampak ceria. Sung Hye menghembuskan nafasnya kasar. Dia merasa telah dipermainkan dengan sebuah takdir, dia telah hancur sekarang. Hancur hanya karena satu makhluk berjenis pria. Sekuat tenaga ia mensugesti dirinya bahwa ini semua hanya mimpi buruk yang panjang. Dan eomma masih tertidur, tak bisa membangunkannya yang mulai menjerit pelan dalam tidurnya.

Dia mengambil smartphone besar miliknya. Mungkin mulai membuat kegialaan dengan salah satu temannya, Kim Ye In akan membuatnya sedikit hilang stress.

“Nde, yeobbeoseyo..”

“Kita ke pub malam hari ini”
“Aku akan menjemputmu. Jangan membuatku malu seperti kemarin malam”

Kepalanya terdongak, ia mengusap wajahnya kasar, ini keadaan yang begitu sulit.

Pria itu datang ketempat ini, dengan sebuah tas ahjumma dan kali ini berbeda. Pria unik itu, tak memakai topi terbaliknya. Dia merubah stylenya? Sung Hye menoleh kasar. Dia tak ingin melihat pria itu lagi. Bukan karena dia marah karena Kyuhyun mencintai sahabatnya sendiri. Tapi hanya ingin mengetes hatinya bahwa dia akan melupakan pria itu. Sehari tanpa Cho Kyuhyun tak akan membuat Sung Hye mati bukan? Sung Hye melirik jam Micky Mousenya, untuk yang pertama kalinya ia merasa waktu begitu lambat, mempermainkan perasaannya. Hatinya luluh, ia memnggigit bibir bawahnya kuat, dia ingin melihat mata hidung dan bibir pria itu.   Ini yang terakhir. Sung Hye mencari udara segar, menghirupnya pelan, lalu membuangnya kasar. Ya hanya sekali dan ini terakhir. Dia akan benar-benar menghafalkan mata, bibir, hidung, tubuh, dan cara berjalan pria itu. Dan dengan cepat akan melupakannya.

 

Satu..

 

dua..

 

tiga..

 

pandangan mata mereka bertemu, seperti sebuah dejavu. Pria itu akhirnya mau melihatnya. Sung Hye terpesona, ini entah yang keberapa kalinya mereka bertemu pandang, tapi kali ini mata itu berbeda. ‘Kau lihat apa yang kau lakukan’. Jangan katakan jika pria itu sedang balas dendam dengannya. Mata itu mematikan membuat Sung Hye tercekik terpesona. Satu hal yang ia lupakan, Kyuhyun memiliki mata elang setajam pistol. Membobol semua benteng yang telah ia bangun dari ribuan beton. Dan itu sama sekali tak membuat diri seorang Cho Kyuhyun terbentengi. Kyuhyun pria itu disana sedang memperhatikannya. Apakah pria itu tahu jika dia adalah sahabat dari wanita yang ia cintai? Perhatiannya buyar. Smartphonenya berdering nyaring. Buru-buru ia mengangkatnya jengkel, siapa yang sudah menghancurkan acara tembak menembak mata dirinya hari ini.

“Yeob…”

“Yak!!! Min Sung Hye. Eoddisseo?” Sung Hye tahu sepertinya harimau ini tengan marah.

“Aku?” Sung Hye menimbang nimbang, antara mengatakannya atau tidak. Disana Kyuhyun masih memperhatikannya. Tuhan mengapa mata pria itu tak pernah lepas dari pergerakan Sung Hye, dia bisa mulai terjangkit virus GR setelah ini.

“Kau dimana? Aku akan menemuimu..”
Cepat mematikan smartphonenya dan merlenggang pergi meninggalkan tempat itu. Dia tak ingin semakin memperparah luka dihatinya, hanya karena terus mendapatkan perhatian dari pria itu.

 

Mereka menarik gadis itu kasar. Seperti seorang pencuri yang tertangkap basah, mereka ber-3. Ahn Ri-Ah, Yu Min Hwa, Go Ah Jung memperhatikan Sung Hye. Takut jika sahabatnya yang satu ini akan menangis berjam-jam tanpa mereka ketahui. Satu hal tak ada Eun Bi disana. Itu sedikit membuat Min Sung Hye merasa nyaman. Dia tak membenci Eun Bi hanya tak ingin membuat wanita itu merasa bersalah jika ia ada disana. Dan syukurlah ke-3 sahabatnya ini tak mengundangnya. Ri-Ah, menatapnya tajam, dia yang paling menakutkan dari semua sahabatnnya.

“Apa yang terjadi?”

Sung Hye berpura-pura tidak mengerti dan bertanya balik.

“Apa? Apa yang terjadi?”

“Jangan membodohiku Min Sung Hye. Mereka berpacarankan? Dan kau tahu itu” ucapnya, dia berusaha menekan dirinya untuk tak berteriak. Sung Hye menghembuskan nafasnya pelan. Seolah tak ada beban tapi itu bukan yang sebenarnya.

“Aku tidak apa-apa”

“Kau menyukainya, dan kau bilang tidak apa-apa?”Go Ah Jung wanita misterius tapi menjadi saingan terberatnya dalam meraih nilai akademis itu menimpali.

Sung Hye menatapnya damai “Ini seperti dikalahkan olehmu di ujian matematika, kalah sekali akan membuatku semakin giat belajar”

“Jangan samakan ini dengan matematika Min Sung Hye” Min Hwa tak terima.

“Jika sedih katakan kau sedih, jika benci katakan kau benci, dan jika marah, jangan mencoba menyembunyikannya dari kami” Ri-Ah melembut.

“Aku baik-baik saja” bayangan pria itu kembali hadir, memperhatikannya yang saat itu berada di canteen, jujur saja itu sedikit mengobati keterlukaannya dengan ucapan Eun Bi. “Jika memang kami memiliki cinta yang sama kami akan bersama” lanjutnya, mereka semua kehabisan kata-kata.

 

***

 

Bukan sebuah mimpi, tapi ia tak berharap itu kenyataan. Dunia lain membawanya keplanet yang penuh dengan bunga dan kupu-kupu. Ya disini hatinya merasa seperti melambung keudara, banyak kupu-kupu menari di perutnya. Pria itu beriringan dengannya berjalan santai dengan memainkan smartphone. Ini benar-benar sebuah keajaiban. Keajaiban baru dalam sejarah kehidupannya. Sung Hye sudah mencoba menjauhi pria itu, dan pulang lebih telat. Karena dia tahu kebiasaan Cho Kyuhyun selalu pulang lebih dulu dari semua mahasiswa. Dan sekarang disini pria itu berjalan mendampinginya, hanya terlampau beberapa meter. Tak ingin memperparah suasana hatinya yang kacau ia lebih memilih untuk berjalan lebih dulu.

“Sung Hye-ah” pria itu memanggilnya. Demi Tuhan dia menyukai suara Kyuhyun saat memanggil namanya. Dia terlena sebentar. Berdiri kaku disana. Seperti orang bodoh tak tahu apa yang harus dilakukan. Berpura-pura tuli sepertinya lebih baik. Lagi pula pria itu tak akan menghampirinya bukan? Bukankah Cho Kyuhyun benci dengannya karena selalu menguntit. Ia mengebas semua pikirannya tetang Cho Kyuhyun. Berjalan cepat meningggalkannya. Kyuhyun tidak menyerah sampai disitu. Dia berlari kecil menghampiri Sung Hye.

“Sung Hye-ah chamkaman..” disini berhadapan dengan seorang Min Sung Hye, jarak diataranya tarpaut hanya beberapa meter dan kau lihat, pria itu memegan lengan kanan Sung Hye. Menghalanginya untuk terus berjalan. Sung Hye membuang semua sikap terkagumannya dengan Kyuhyun. Hatinya berdegup kencang. Ini salah satu kelebihan Sung Hye. Dia bisa kembali 180 drajat ke sifat menyebalkannya.

“Kau tahu dimana Eun Bi, aku menunggunya pulang. Apa kalian akan pulang bersama?” bohong jika hatinya merasa baik-baik saja. Suaranya seperti hilang. Tenggorokannnya tercekat. Bahkan untuk menelan ludahnya saja seperti menelan batu meteor. Apa di bodoh? Kyuhyun menanyakan Eun Bi padanya. Dan jelas-jelas pria itu tahu jika dia bertanya pada orang yang salah. Wanita didepannya sekarang ini sebelumnya berharap jika Kyuhyun akan mengajaknya pulang bersama. Tapi apa ini? Menanyakan dimana Eun Bi. Ingin sekali saat itu menjambak rambut milik Kyuhyun sampai rontok. Hatinya sungguh sakit.

“Aku tidak tahu..” suaranya bergetar, padahal dia sudah mati-matian menanhan rasa gugup dan sesaknya, tapi hatinya seolah berpaling dan enggan untuk melaksanakan.

Kyuhyun memperhatikan raut wajah Sung Hye, keringat dingin tampak keluar dari dahinya, seperti butiran kacang dia keluar dan menetes.

“Kau sakit?” Kyuhyun memegang kepala Sung Hye, hendak mencoba mengecek suhu tubuh wanita itu. Tapi Sung Hye menepisnya. ‘ya, aku sakit karenamu, tolong menjauh dariku’ ketika dirinya benar-benar mencoba ingin berpaling dan meninggalkan semua kenangan baik bersamanya. 3 tahun tanpa ada balasan, kenapa dengan lancangnya pria ini kembali. Dan mengapa harus dengan sahabatnya. Orang terdekat yang paling ia sayangi? Menangis bukanlah hal yang akan menuntaskan segalanya. Meski Sung Hye terlihat kuat dan acuh di setiap masalahnya. Tapi ketahuilah, hatinya bahkan jauh lebih rapuh daripada sebuah cangkang telur. Hanya saja dia terlalu pintar menyembunyikan segalanya. Segala hal yang berhubungan dengan pria ini.

“Dia sudah pulang bersama yang lain”

Kyuhyun sedikit melebarkan matanya, berpura-pura membuat ekspresi kaget.

“Benarkah? Aku sudah berusaha menghubunginya, tapi handphonenya tidak aktif” terangnya. Pria itu mengutak atik smartphone miliknya. Sedangkan Sung Hye dia masih berdiri kaku seperti patung. Keringat dingin perlahan menetes dari dahinya. Sungguh dia ingin segera pergi dari hadapan pria ini. Berada beberapa centimeter bukan membuatnya merasa bahagia, ini sungguh membuatnya tercekik. Tercekik karena setiap dia melihat mata, hidung, dan bibir pria ini membuatnya kembali mengingat Eun Bi. Sekelebat ingatan Sung Hye mengatakan jika dia barusaja resmi menjadi milik Kyuhyun berputar dikepalanya. Matanya memanas, dia sudah tidak kuat untuk membendung air matanya. Hatinya ingin berteriak jika dia sakit, sungguh merasa sakit.

“Aku harus pulang”

“Eoh? Tunggu.. tolong sampaikan pada Eun Bi, nanti malam aku akan menjemputnya..” tak berniat terus membalas, Sung Hye hanya mengangguk. Dan berjelan cepat meninggalkannya. Dia menekan dadanya kuat, berharap jika saat dia menekan dadanya perasaan sakit disana akan hilang, matanya memanas, dan air matanya keluar menganak sungai. Dia berjalan dengan air mata berlinang. Dia menangis, menangisi cinta pertamanya yang tak terbalas. Setelah merasa dia berjalan cukup jauh, dia bersembunyi di balik pohon. Menyembunyikan tubuh ringkihnya yang perlahan mulai tumbang jika tak ada tempat bersandar disana. Dia menyandarkan tubuhnya disana, pohon besar itu mampu menyembunyikan tubuhnya. Sung Hye membekap mulutnya, menahan agar suara tangisnya tak keluar lebih dari 20 desible. Air matanya keluar dengan derasnya. Disana dia menangis sendiri, hanya ditemani guguran pohon mapple, dia menutup kuat mulutnya.

“Kenapa menangis?”

Pria itu Lee Donghae memergokinya menangis di balik pohon momiji ini, tangannya terulur memberikan sebuah sapu tangan biru tua. Dia berjengkok, Sung Hye benar-benar kacau. Dia bahkan tak bisa menghentikan tangisnya. Dia yang biasanya kuat dan begitu jahat dihadapan Lee Donghae, sekarang teronggok tak berdaya. Meski dia mencoba menghentikan air matanya, tapi air mata itu seolah juga ikut sedih atas apa yang terjadi pada Sung Hye mereka tetap mengalir dengan deras. Matanya sembab, pipinya memerah, dia membekap mulutnya kuat, poni rambutnya sebagian bahkan telah basah karena air matanya yang deras, Donghae yang merasa Sung Hye pasti tak akan menerima sapu tangan pemberiannya, mengusap air mata Sung Hye pelan. Dia menyisihkan anak rambut Sung Hye yang menutupi sebagian wajahnya. Entah dapat keberanian dari mana gadis ini, hingga ia memeluk kuat tubuh pria yang Eun Bi cintai. Fakta lain yang harus kalian ketahui. Eun Bi mencintai Donghae, tapi Donghae musuh besar Sung Hye, dan Eun Bi tak mengetahui hal itu. Apa ini yang dinamakan karma? Tidak.. jika Sung Hye bisa memiliki Kyuhyun, apa dia berdosa menangis di pelukan pria ini? Gadis itu semakin terisak kuat, tangannya bahkan sudah berpindah fungsi menjadi pegangan kuat di punggung pria itu.

Donghae kaget, dia tak tahu apa yang harus ia perbuat, tangannya terasa kaku, sedetik berikutnya dia mengusap rambut Sung Hye pelan. Gadis itu terikik menangis.

“Tenanglah..”

 

***

            Cermin ini membuat bayangan diri Sung Hye semakin terlihat jelas. Dia memperhatikan wajahnya.

“Kau tahu? Mereka berkencan hari ini. Dan Eun Bi akan mendaptkan ciuman pertamanya” tanyanya pada bayangan dirinya si cermin kamar mandi. gadis itu memperhatikan smartphone putih miliknya yang tergeletak di sebelah wastafel. Miris, tak ada satu pesanpun yang menyapa smartphonenya. Kecuali pesan dari operator. Bahkan ketiga sahabatnya juga sama sekali tak memberinya pesan, sekedar untuk memberi semangat Sung Hye mungkin? Bodoh. Sung Hye mengambil smartphonenya malas, dan berlalu dari kamar mandi. Dia ingin tidur. Menghilangkan semua rasa jengkel dan kenangan buruk, padahal jam di nakas meja belajarnya masih menunjukkan angka 7 malam. Tapi gadis itu sudah siap dengan piama sapphire bergambar bunny miliknya. Dan sebuah sendal rillakuma.

“Ttok.. ttok.. ttok”

Pintu itu berdenting, ibunya memanggilnya mungkin untuk makan malam.

“Ada apa eomma?” eommanya menatap bingung sang anak, ini masih terlalu sore, dengan bunny pajamanya.

“Kau hendak tidur? Jam berapa ini?”

“Aku lelah dan aku mengantuk”

“Donghae datang untuk menjemputmu”

Pria itu? Untuk apa dia datang? Mau mentertawakanku atas peristiwa tadi siang? Sung Hye memperhatikan piama dan sendal rilakkumanya, lalu meatap eomma, bergantian. Katakan aku lelah, dan jika dia ingin mengajakku ke pesta murahan itu aku tak akan pernah mau karena Kyuhyun dan Eun Bi berada disana.

“Bilang padanya aku sudah tertidur eomma”

“Kenapa? Kau tak ingin datang” Sung Hye mengangguk malas.

“Baiklah..”

“Apa Jung Jin sudah datang?”

“Belum dia akan datang 20 menit lagi”

“Katakan pada Leeteuk Appa untuk membelikanku tteokpoki, ekstra pedas..” Sunghye tersenyum tak berdosa.

 

***

 

Jam berapa ini? Kenapa dia membangunkan orang yang sudah terlelap tidur? Perutnya terasa sakit. Mungkin efek telah menghabiskan semangkuk tteokpoki pembelian kakaknya.

“Nde, yeobbeseyo..”

“Sung Hye-ah kau kah itu?” Sung Hye tersadar siapa yang menelponenya tengah malam ini. Sahabatnya Kim Eun Bi. Dia mengumpat kesal. Apa mau gadis ini? Sung Hye berubah 180 drajat menjadi seorang yang paling bahagia mendapat telfon dari sahabatnya di tengah malam ini.

“Nde, ada apa Eun Bi-ya”

“Aku mendapatkannya..”

Sung Hye mengumpat kasar dari dalam hatinya. Dia tahu apa yang dimaksud dengan mendapatkan.

“Ciumannya memabukkan, dan dia yang pertama” teriak gadis itu kegirangan.

Kau suka? Kau bahagia? Kau senang akhirnya kau bisa mendapatkan ciuman pertamamu? Sebenarnya kau menerima pria itu karena kau kasiha padaku atau kau memang benar-benar mencintainya. Kau sungguh kejam. Sahabat macam apa kau? Aku mencintainya. Tapi mengapa kau tanpa ada rasa bersalah menceritakan semuanya kepadaku. Air matanya perlahan kembali menetes. Padahal dia sudah mencoba menghilangkan semua kenyataan dengan tidur. Berharap jika dia akan menjadi seorang snow white yang hanya bisa bangung dengan sebuah kecupan manis. Tapi deringan suara kematian menulikan segala hal impian yang telah dia buat. Dia kembali terlempar didunia penuh kebenciannya.

“Ya, selamat”

Aku mencintainya. Aku menyayanginya. Aku rela melakukan apapun agar dia bahagia. Tuhan aku mohon ijinkan hanya untuk kali ini saja biarkan aku menghirup gas oksigenku. Biarkan semua gas monoksida ini menghilang. Gas ini mematikan. Mereka tak berbau tak berwarna dan tak terlihat tapi jauh lebih mematikan dari gigitan ular sekalipun.

 

***

 

Seperti sebuah fatamorgana baru yang dengan perlahan menggerogotinya, sulit dipercaya tapi ini memang bukan mimpi. Ketiga sahabatnya itu jelas menentang hubungan Eun Bi dengan seorang pria bermarga Cho itu, tapi seperti inikah bentuk penentangan mereka atas semua? Sung Hye keluar dari dalam kelas. Ia merasa muak dengan apa yang dibicarakan ke4 temannya didalam. Gadis itu duduk termenung di belakang campus. Dibawah pohon momiji yang mulai rontok. Aroma basah begitu pekat menyentuh hidupnya, musim salju akan segera tiba, kepalanya terdongak menatap guguran daun momiji.

Aku tahu kami berbeda. Aku mencintai Cho Kyuhyun, sangat mencintainya, tapi bisakah pria itu sekali saja memandangku dengan benar? Jikapun dia memang harus memiliki kekasih haruskah orang yang dipilihnya itu sahabatku sendiri? Eun Bi aku bahagia melihatmu bahagia. Kau sahabat terbaikku, aku akan selalu bersamamu. Jangan pernah berusaha menghancurkan persahabatan ini hanya karena kita mencintai orang yang sama. Aku tahu kau cantik, kau cantik luar dalam. Tapi entah mengapa beberapa belakangan ini aku merasa kau begitu jahat. Kau menceritakan semua hal kepadaku. Kebersamaan kalian, kau membuatku benar-benar merasa bodoh. Eun Bi aku tidak membencimu. Aku hanya menyesal mengapa aku mencintainya. Eun Bi ini bukan keinginanku. Kau tidak sedang menguji persahabatan kita bukan? Aku mencintainya Eun Bi. Aku sangat mencintai pria itu, dan kau tahu tentang hal itu. Haruskah aku memakimu dan meneriakimu untuk tak membicarakan pria itu didepanku? Inikah makna persahabatan? Saat satu diantara kita harus rela tersakiti? Bukankah kau jelas mengucapkan dengan lantang jika kau tak mencintai pria itu karena dia terlalu suka bermain game? Kau lebih suka sisi maskulin Lee Donghae. Dan jangan katan lagi. kau tahu Donghae sama sekali tak memiliki perasaan terhadapmu, dia hanya merasa kasian terhadap perasaan cintamu untuknya. Itu sebabnya dia selalu tersenyum saat menampaki kehadiranmu disisinya. Apakah jika aku menceritakan semuanya kau baru bisa mengerti? Tapi aku tahu, aku menghormati perasaanmu. Aku tak ingin kau merasa sakit. Tapi kali ini kau telah membuatku sakit hingga ke dasar. Kau sahabatku sendiri yang telah menghancurkan diriku.

 

***

 

“Yak!! Hentikan Min Sung Hye, jangan membuatmu semakin mabuk..” Kim Ye In mengambil paksa soju itu dari tangan Sung Hye, dentingan gelas kaca yang jatuh tak berbentuk membuatnya menjadi pusat perhatian semua orang di pub malam itu. Ye In mengumpat dalam hati. Ini akan menjadi hari terakhir mereka pergi bersama ke pub malam.

“Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Mengapa kau seperti ini?” Sung Hye masih mencoba meraih soju lain dan meminumnya tanpa gelas. Dia seperti seorang vampire yang haus darah.

“Sudah Sung Hye, hentikan jangan semakin memperburuk keadaanmu, kau bisa mati jika terus meminumnya” teriak Ye In kesal, Sung Hye terkekeh. Kim Ye In frustasi sudah, dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan wanita ini. Karena Sung Hye tak pernah menceritakan semua masalahnya. Tapi Ye In terlalu memahami teman dua bulan lebih tua darinya ini, meski mereka jarang menghabiskan waktu bersama karena kesibukan Ye In di butik miliknya, tapi melihat hal ini dia seolah mengerti segalanya.

Wanita ini terlalu tertutub dimata Ye In. Dia bahkan tidak mengetahui jika Sung Hye memiliki perasaan besar terhadap Cho Kyuhyun. Perasaan yang bisa dibilang cukup lama, tiga tahun menjadi stakler Cho Kyuhyun.

 

Gadis itu mabuk, ya.. dia mabuk dan dia ingin sekali bertemu Lee Donghae. Taksi itu meninggalkan Sung Hye di depan kediaman keluarga Lee. Gadis itu memencet dengan terburu buru intercome rumah Donghae, dia sudah menahan smua hal yang ingin dia muntahkan. satu bulan melihat Eun Bi dan Kyuhyun bersama membuatnya muak. Dan pria itu harus bertanggung jawab atas segalanya. Jika saja pria itu mencintai Eun Bi dan mereka bersama, hal ini tak akan terjadi. Cinta pertamanya pasti akan seindah kelopak bunga mawar. Tapi semua itu sekarang berubah menjadi buih yang perlahan meletus. Dia kehilangan cinta pertamanya.

“Siapa?” pintu kayu itu terbuka, menampilkan Donghae dengan piama tidurnya disana. Sung Hye memukul kepala pria itu keras dengan tas miliknya.

“Yak!! Apa yang kau lakukan? Kau gila?”

Pria itu kembali mendapati Sung Hye menangis, ini yang kedua kalinya. Dan hari ini dia tidak selembut waktu itu. Dia lebih anarkis dan kejam.

Sung Hye dia menangis terisak, tidak perduli meski Donghae nantinya akan mentertawakannya.

“Kau puas? Kau puas melihat Eun Bi akhirnya tak mengejarmu lagi? Jika saja kau mencintainya, dia tak akan bersamanya Lee Donghae. Jika saja kau lebih dulu merebut ciuman pertamanya, aku tidak akan sesakit ini” Sung Hye kembali mendaratkan pukulannya di lengan Donghae “Aku sudah cukup menderita karena dia tak sama sekali memadangku, dan Eun Bi semakin menaburkan garam disana”

Donghae mematung tak mengerti, mendengar semua lontaran kata aneh yang Sung Hye ucapkan, bau alkohol jelas tercium dari mulut wanita itu. Tak ingin semakin membuat malu dirinya ditengah malam, dengan seorang wanita tak jelas yang memukul dan memarahinya di depan rumah. Donghae menggendong wanita itu masuk.

“Apa yang kau lakukan? Turunkan aku”

Donghae menghempaskan tubuh Sung Hye kasar diatas kursinya tamunya.

“Tunggu disini”

Donghae berlenggang ke dapurnya. Dia memasak air hangat untuk wanita itu. Dia tahu air hangat mampu menghilangkan kadar mabuk seseorang. Wanita itu tertidur dia sudah pulas didunia indahnya. Donghae datang membawa baki berisikan air hangat. Tapi keadaan gadis itu membuatnya harus mengurungkan niatnya untuk menyuruh gadis itu meminum air hangat dan menghilangkan kadar mabuknya. Donghae mengumpat pelan karena tak bisa membangunkan Sung Hye. Wanita itu dengan lancangnya malah muntah di piama tidur Donghae. Oh dia selalu membuatnya berada diposisi yang sulit.

 

Sung Hye mengerjap. Matanya beberapa kali menelisik kamarnya. Hey itu bukan kamar miliknya? Lalu dimana kamarnya? Donghae menyambut Sung Hye dengan pakaian kerjanya. Rapi tampan dan keren. Sung Hye dia mematung tak mengerti, dia memang sudah menyadari jika dia tidak ah bukan berada dikamarnya, lalu dikamar siapa ini? Donghae.

“Bagaimana tidurmu?”

Mendadak kepalanya berputar sakit, ugh dia mengingat semuanya. Memalukan. Sung Hye turun dari ranjang besar itu. Tubuhnya sedikit oleng karena sakit kepalanya. Tapi kesadarannya mampu membwanya melompat dari dalam tempatnya sekarang. Dia melirik jam digital disamping nakas meja donghae. Ini sudah pukul 7 pagi, 30 menit dari sekarang mata pelajaran pertamanya akan segera dimulai. Dia berlari tanpa pamit dan minta maaf. Dia menghilang dari balik pintu kamar Donghae. Donghae mematung seperti orang bodoh, membiarkan gadis itu berlari melaluinya begitu saja tanpa ada penjelasan.

 

***

 

“Cinta pertamaku bahkan tidak seindah kelopak bunga mawar, lalu haruskah kau menyalahkan aku atas semua ini? Aku sudah berkorban banyak agar kau bisa bahagia, aku juga ingin bahagia, kebahagiaan yang layak. Bagiku melepaskan Cho Kyuhyun bukanlah hal yang mudah.. lalu apa ini? Kau menuduhku menipumu? Mengapa kau begitu serakah? Tidak cukupkah Cho Kyuhyun bersamamu? Aku tidak melakukan apapun. Mengapa kalian semua jahat kepadaku? Tolong jangan membuatku membencimu. Seperti inikah arti persahabatan kita dimatamu?”

 

Wanita itu berlari tergopoh keluar dari dalam mobil kakaknya, Park Jung So. Tak dia perdulikan teriakan kakaknya untuk mengucapkan kalimat perpisahan karena mereka akan kembali ke Incheon. Mata pelajaran orang ini jauh lebih penting untuk bisa meluluskannya secepatnya. Dia sudah telat 5 menit. Sung Hye terjatuh. Tepat dibawah pohon momiji tempatnya menangis minggu lalu, angin berhembus kencang menerbangkan guguran daun momiji. Pohon itu seolah mengerti dan tahu, angin menerbangkan sebagian mini dress yang Sung Hye kenakan. Dia bangun dan membersihkan sebagian kemejanya yang tampak kotor.

Mungkin angin dan guguran pohon momiji itu tak mengijinkannya untuk masuk kampus, karena sebentar lagi hal hebat akan menimpa gadis berperawakan tomboy itu.

 

Sung Hye mengumpat kasar. Dia sudah mati-matian berlari dari depan gerbang kampus, dan sekarang kelas kosong? Permainan apa ini?

Dia berjalan meninggalkan kelas malas, sungguh dia sudah mengeluarkan tenaga ekstra tadi untuk bisa sampai tepat waktu di kelas. Tapi seakan semuanya sia-sia. Kelas kosong dan tak ada mahasiswa disana. Hanya bangku tanpa pemilik. Sung Hye dia kembali ketempat favoritnya di belakang kampus. Gadis itu mengambil smartphone miliknya dan mulai memakai handfree mendengarkan sebuah lagu favoritnya.

‘SM The Ballad’

Sung Hye memainkan smartphonenya, dengan sebuah lagu yang selalu menghiasi harinya. Lagu ini mampu menggambarkan semua perasaanya. Dia ikut bernyanyi bersama alunan lagu yang ia mainkan.

“Itu menyakitkan sejak aku tidak bisa melupakan itu

Disini terlihat seperti bukan tempat dimana kamu seharusnya berada

Kamu tidak seharus memegangku kembali

Semua ini tetap akan berakhir juga suatu hari nanti

Cintaku tidak bisa menggapaimu

Seperti halnya jumlah air mata yang mengalir, itu masih jauh untuk pergi

Aku harus melupakanmu, aku sangat merindukanmu

Bahkan kamu tidak pernah tahu bagaimana sakitnya itu, aku akan melupakannya.

Aku bodoh, kau tau aku

Hatiku terkoyak tetapi aku hanya bisa tersenyum

Aku masih akan menunggumu selamanya

Aku akan terus menyembunyikan air mataku

Maukah kau kembali padaku?

 

Untuk melupakanmu, bahkan untuk menghapus dirimu

Bagiku itu adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan

 

Hatiku tidak terlihat dapat menggapaimu

Tampaknya tidak dapat menggapaimu

Air mata terus bercucuran seperti orang gila

Aku pikir, aku tidak dapat melakukannya

Aku tidak bisa melupakanmu

Bahkan jika aku merasa sekarat

Aku tidak bisa melepaskan cintamu

Aku hidup dengan cara ini”

Seiring dengan sebuah tamparan keras smartphone itu ikut terlempar, pipinya merah seperti terbakar. Sungguh itu sangat sakit. Seperti diguyur air keras, dia akhirnya tersadar, bahwa kehidupan seperti inilah yang saat itu dia hadapi. Kepalanya sampai tertoleh, Sung Hye memegang pipinya yang terasa panas. Gadis itu mengambil paksa handfreenya. Memandang sengit ke arah sang penampar. Mata Eun Bi memerah menahan amarah, gadis itu bersama dengan ketiga temannya tengah memandang Sung Hye prihatin.

“Apa yang kau lakukan?” sembur Sung Hye

“Diam kau jalang. Seharusnya aku yang bertanya? Apa yang kau lakukan dirumah Donghae?” Eun Bi, dia lepas kendali, mengatai Sung Hye jalang. Ini yang pertama kali untuknya, sahabatnya sendiri menyebutnya jalang. Hatinya mencelos. Sakit. Seseorang yang dia pikir akan bisa menjadi tempat bersandar kala ia tumbang kini menjadi sebuah petir yang menumbangkan dirinya sendiri. Pengorbanannya selama ini sia-sia. Orang yang selama ini dia sayangi dan di kasihinya, nyatanya jauh lebih kejam dari ibu tiri Cinderella.

Sung Hye berdiri dari posisi duduknya, matanya memerah siap menangis.

“Tarik ucapanmu Kim Eun Bi?”

“Wae? Kau memang jalang bukan? Seberapa sering kau tidur dengan Donghae? dibayar berapa kau olehnya? Apa kau memang serendah itu? Seperti itukah sifat yang sebenarnya darimu Min Sung Hye. Apa kau memang sahabatku?”

Air matanya menetes perlahan. Serendah itukah dirinya dimata sahabatnya ini. Sung Hye tak pernah berfikir sebelumnya jika dia akan berada diposisi sesulit ini. Bahkan tak ada diantara ketiga sahabatnya yang lain yang merasa ingin membantu Sung Hye.

“Benar, dimatamu aku selalu terlihat rendah. Bahkan mungkin jauh lebih rendah dari bangkai sekalipun. Apakah benar seperti itu? Kalian membuangku seperti bangkai. Kau tahu seberapa tercekiknya aku setiap kali kau membicaran pria itu? Aku tidak tuli. Kau sabahatku, aku bahkan rela memberikan seseorang yang paling aku cintai. Kau tahu sebelumnya aku tidak pernah merasakan seperti apa itu cinta. Dan kau merebut semuanya! Kau merebutnya dariku!” teriak Sung Hye. Dia sudah tidak mampu menahan kepedihannya sendiri.

“Cinta pertamaku bahkan tidak seindah kelopak bunga mawar, lalu haruskah kau menyalahkan aku atas semua ini? Aku sudah berkorban banyak agar kau bisa bahagia, aku juga ingin bahagia, kebahagiaan yang layak. Bagiku melepaskan Cho Kyuhyun bukanlah hal yang mudah.. lalu apa ini? Kau menuduhku menipumu? Mengapa kau begitu serakah?” Sung Hye mengusap air matanya kasar

“ Tidak cukupkah Cho Kyuhyun bersamamu? Aku tidak melakukan apapun. Mengapa kalian semua jahat kepadaku? Tolong jangan membuatku membencimu. Seperti inikah arti persahabatan kita dimatamu?”

Ketiga sahabatnya tertunduk, merasa apa yang Sung Hye bicarakan memang benar adanya. Tak mampu berbicara lagi Eun Bi menangis. Dia sadar dirinya bodoh. Dia tahu dia sudah merebut kebahagiaan sabahatnya sendiri. Harusnya dia memang tidak menerima cinta pria itu. Harusnya dia memang tidak sejahat ini pada sahabatnya. Dan seharusnya dia juga tidak menceritakan semuan kebersamaannya dengan Cho Kyuhyun kepada Sung Hye. Itu melukai gadis ini.

Sung Hye mengambil kasar tasnya yang tergeletak tak berdaya di atas bangku. Tak berniat mengambil smartphonenya yang telah terlempar tadi. Dia sudah cukup sakit dengan tamparan yang Eun Bi layangkan. Dan fakta lain jika dia telah mendapatkan sebuah julukan baru. ‘jalang’ dia akan mengingat ini sebagai lukanya. Luka yang tak akan pernah hilang dan selalu membekas.

Sung Hye berjalan dengan air mata deras menganak sungai. Untuk yang pertama kalinya dia setuju dengan ucapan Donghae

‘Jangan pernah memiliki teman yang jauh lebih dekat dari hatimu sendiri. Karena saat mereka memberimu luka, luka itu akan jauh lebih sakit dari luka yang diukir musuhmu sendiri’

 

—The End—

13 pemikiran pada “Cause You’re My Bestfriend

    • hhmm.. yang itu saya ga jaejoong, kkkk~ masalah.a saya lagi disibukkan dg ff lovely boy+contract wedding next chap ^^. buat cause’re my bestfriend sementara ngadat dulu, end disana. btw thanks da baca^^

  1. Keeeerrreeennn….. Jujur loh bavanya sampe kebawa sampe nangis… Bagus bgt feel nya.. Author jjang… Thor aku line 94 boleh minta pw nya yg lovely boy sama something about love gak ? Email aku apriaherawati@gmail.com gomawoo chingu..

    • Yang lovelyboy bahasanya terlalu frontal. Yakin mau baca?
      .siip aku sent buat something about love, ^^

  2. Annyeong chingu, aku reader baru disini 🙂
    Ceritanya sungguh sedih banget, bener2 nyesek abizz,,sampai mau nangis..

    b^^d

  3. Sakit.. kenapa endingnya gini. Aq lebih suka happy ending..
    klo dr sini aq rasa sung hye lbh cocok ma donghae. Dah fix bunuh aja si eun bi sama si cho kyu itu..

Tinggalkan komentar